Selasa, 17 Juli 2012

Masjid Agung Jawa Tengah


Masjid Agung Jawa Tengah 

Merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada 2001 dan rampung pembangunannya pada 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7,669 m2 dan halaman seluas 7,500 m2. Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Masjid yang mampu menampung jamaah tidak kurang dari 15,000 ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 2006. 

Upacara peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, pengunjung dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab. Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan. Selain bangunan utama masjid yang luas dan indah, terdapat bangunan pendukung lainnya. Bangunan pendukung itu di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2.000 orang. Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Halaman utama masjid yang terdapat 6 payung hidrolik juga dapat menampung jamaah sebanyak 10,000 orang. 

Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas. Di masjid ini juga terdapat Al quran raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al quran dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa  yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat. Di area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat berbagai macam fasilitas seperti perpustakaan, auditorium, penginapan, ruang akad nikah, pemandu wisata, museum kebudayaan Islam, cafe muslim, kios-kios cenderamata, buah-buahan, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga berbagai macam sarana hiburan seperti air mancur, arena bermain anak-anak, dan kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks masjid ini. 

Kamis, 23 Februari 2012

Sebuah Nama...

Sebuah Nama... Itu yang seringkali terucap pertama kali bertemu. Nama merupakan identitas, sekaligus semiotik dari si pencipta dan pemrakarsa. 

Ketika nama tersebut dihilangkan atau diubah, identitas tersebut akan sirna. Yang tersisa hanya bentuk dan ingatan dari manusia bahwa dia; itu, dan ini. 

Harapan dan kenyataan itu takkan pernah bisa sama, bahkan nama yang melekat dari orang tersebut pun seakan tak bisa luput dari keadaan apa yang menjadi bagian dalam diri manusia. 

Tuhan itu maha adil, dan Tuhan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh manusia; Baik, buruk, kaya, (maaf) miskin, religius, jahat, pintar, bodoh, tampan/cantik, (maaf) jelek, hitam, putih, tinggi, (maaf) pendek, langsing, (maaf) gendut, rajin, malas; semua itu merupakan kenyataan bahwa manusia seperti itu adanya. Dan sebuah nama tidak akan menjadi sebuah patokan bahwa mereka lebih/kurang daripada yang lain. 

Doa, niat, usaha, dan tujuan yang diraihlah, yang merupakan bentuk kenyataan bahwa nama itu berarti dan bermakna melekat dalam orang tersebut ketika bertemu. 

Ya itulah nama, hanya sebuah nama....