Jumat, 02 Desember 2011

Sungai Durian, Kalimantan Selatan - 5 Agustus 2011


Saya mau bercerita sedikit tentang saya, saya baru mulai menulis sesuatu apa yang saya rasakan dan lihat lewat blog ini. Semoga dengan penulisan saya dalam blog ini dapat bermanfaat dan membuat rasa kemanusiaan kita terbangun. 

Instruksi dari pusat diberikan, yap dengan semangat saya berangkat Kamis malam dari Sungai Danau menuju Batulicin untuk bertemu dengan orang yang akan menunjukkan lokasi tambang perusahaannya. Cuaca cukup baik saat itu, rencananya malam itu saya bersama dengan “the specialist man” Pak Awaludin berangkat menuju Batulicin. 

Selama di perjalanan kami saling bercerita seputar hmmmm ya dunia kerja dan pengetahuan soal batubara, ada sesuatu yang unik dalam pribadi beliau. Beliau sangat low profile dan juga loyal terhadap perusahaan. Sepanjang perjalanan menuju batulicin saya banyak melihat sesuatu budaya unik daerah setempat, sampai kondisi lingkungan dan sosial yang mungkin saya bisa bilang “Texas Area”. 

Tiba di batulicin kami langsung mencari penginapan, dan beristirahat untuk esok hari menuju lokasi tambang yang katanya 2 jam perjalanan dari batulicin ke arah Kalimantan Timur. 

Jumat pagi kami langsung bertemu dengan orang yang menjadi penunjuk jalan ke lokasi, selama di perjalanan kami menemui pemandangan yang mengagumkan dimana jalan negara yang berbukit-bukit serta dikelilingi oleh gugusan bukit-bukit seperti para dewa-dewa. Struktur bukit-bukit tersebut seperti gugusan pulau Phie di Thailand. Mungkin dahulu kalanya daerah ini terkena erosi sehingga jalan raya yang kami lewati terkesan melewati suasana dimana kondisi jaman dahulu kala. 

Tiba di lokasi jalan raya yang ke arah tambang, kami harus menempuh perjalanan ke mulut tambang +/- 32 Km. Jalan hauling lokasi tambang bisa dibilang modern atau bagus karena dilapisi oleh clay stone. Selama di perjalanan saya melihat rumah penduduk yang berjarak sekitar 20 Km antara rumah penduduk lainnya, dan yang saya heran tidak ada fasilitas negara disekitar lokasi tersebut, dan kondisi perekonomian penduduk sekitar hanya dari Hutan. 

Miris dan berbeda dengan idealis saya sebagai seorang manusia melihat kondisi tersebut, padahal daerah mereka sebagai penghasil devisa negara akan tetapi mereka tidak dapat menikmati yang semestinya hak mereka mendapatkan fasilitas tersebut.


Merdeka Bung!!!!


Salam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar